Dari kejauhan, Amber fort terlihat gagah. Namun bukit di sekeliling benteng tampak gersang. Bahkan benteng yang biasanya di kelilingi oleh air pun terlihat kering dan tanahnya retak-retak.

Sambil menanjak, saya menelan air liur sendiri. Mau minum gak enak sama yang puasa. Tapi sampai atas benteng, mulut saya terasa pahit, kepala pusing dan muka memerah. Wah tanda-tanda dehidrasi, segera saya minum sebanyak-banyaknya dan cari tempat berteduh. Hebatnya, suami gak buka puasa loh.. padahal waktu saya cek hape panasnya dah 48 derajat celcius. Woaah.... tapi keliatan kalau dia nahan panas terik ini, bibirnya juga dah pecah-pecah. Laki-laki mana mau pakai pelembab bibir... hehehe...
Ketika berteduh di kuil yang ada di dalam benteng, salah satu penjaganya bilang, kalau kamu ke sini bulan agustus, bukit-bukit itu sudah gak gersang lagi dan sudah masuk musim hujan alias monsoon. Sedangkan saat musim panas yang dimulai Mei hingga Juli, suhu udara di Jaipur bisa mencapai 50 derajat celcius.
Panasnya udara di India ini akibat dampak perubahan iklim. Meskipun pemerintah India sudah membatasi emisi karbon, yang salah satunya melarang penggunaan kantong plastik (bahkan sudah ada undang-undangnya loh...), gelombang panas masih terjadi. Akibat gelombang panas tahun ini, sekitar 100 orang meninggal dunia di India.
Para ahli di Institut Teknologi Massachusetts (MIT) Amerika Serikat menyatakan, beberapa daerah di India akan terlalu panas bagi manusia tahun ini. Bahkan suhu udara di Rajastan mencapai yang tertinggi di India, yaitu 50,06 derajat celcius. Bah.. gak kebayang panasnya kan? seperti hidup dalam oven besar bercampur bau keringat manusia, bau kotoran sapi di jalanan dan bau kari India. Bisa bayangin gak? hahahaha... saya dah ngerasain.. dan rasa itu membuat saya dan suami gak bisa menelan makanan apapun, hanya minum jus dingin dan air mineral. Untung saya bawa mie instan favorit dari Indonesia.. hehehe
Gak pakai berlama-lama, kami segera keluar dari Ambert fort dan mencari tuk-tuk kemudian kembali ke penginapan. Dalam perjalanan pulang, saya melihat onta-onta itu masih berteduh di bawah pohon. Kalau Onta saja berteduh.. lalu bagaimana manusia ya? gak kebayang kan panasnya.
Saya juga melihat banyak pengendara motor menutupi sebagian wajahnya dengan kain atau handuk atau apapun supaya gak terpapar panas yang menyengat.
Karena suhu udara panas, toko-toko di sekitar pink city juga memulai aktivitasnya sore hari menjelang maghrib. Suasana terlihat berbeda antara siang hari dan malam hari, lebih meriah dan banyak orang hilir mudik.
Malamnya, kita sepakat untuk segera keluar dari kota Jaipur, Rajastan dan menuju kota Agra lalu ke New Delhi. Namun, kedua kota itu juga hampir sama panasnya yaitu sekitar 45-48 derajat celcius. Namun kali ini, aktivitas wisata cuma dibatasin sampai jam 10 pagi, selebihnya kita ngadem pakai AC di kamar. Hehehehehe...
Gimana, masih mau ke India di musim panas? hehehehe
Happy traveling ya
Sari :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar