Sehari di Pink City Jaipur India, Indah Tapi Gelisah



Jaipur, kota yang saya ingin kunjungi sejak lama. Saya selalu tergiur melihat indahnya foto gedung-gedung unik berwarna pink di beragam media sosial atau website perjalanan. Pink City yang kemudian jadi julukan bagi Jaipur termasuk dalam golden triangle, tempat yang wajib di kunjungi di India. Apakah Jaipur seindah yang dibayangkan?

Tiga hari sebelum lebaran kami tiba di Jaipur, India. Bulan Juni adalah musim panas dan musim panas tahun ini ternyata jadi yang terpanas di India. Tak sabar untuk menjelajah pink city, sekitar jam 6 pagi saya keluar penginapan, sendiri saja, karena suami masih tidur setelah selesai nonton liga champion dilanjutkan sahur.



Hanya membawa dompet kecil dan kamera poket, saya melangkah ragu-ragu keluar. Bayangan tentang India dan kasus perkosaan serta penculikan berkelebat di benak saya. Tapi ini masih pagi, saya pikir aman.




Saya sengaja mencari penginapan dekat pink city yaitu Zostel Hostel, supaya bisa ke mana-mana jalan kaki. Gak usah pakai tuk-tuk atau taksi. Pagi itu tenang, tak banyak orang di jalan, kendaraan yang lalu-lalang juga masih sedikit. Sejumlah pedagang gorengan yang menjualkan sarapan tengah bersiap-siap dengan adonannya. Saya juga menjumpai beberapa tuna wisma yang masih tidur di jalanan menggunakan alas seadanya. Mereka berambut gondrong dan jenggot tebal, tanpa atasan dan hanya memakai kain putih yang lusuh. Suara klakson tuk-tuk yang nyaring tak mampu mengusik mereka pagi itu.



Saya menyusuri jalan hawa mahal, di kiri dan kanan bangunan berwarna pink atau saya sebut lebih seperti merah bata. Bangunan yang unik dengan arsitektur khas india. Saya juga melewati balai kota, kuil dan toko-toko pakaian yang masih tutup. Kalau di Jakarta, jalan pagi sangat segar, tapi di Jaipur, mungkin karena musim panas, udaranya sudah terasa panas dan banyak debu. Jilbab saya sebagian saya gunakan untuk menutup wajah.



Setelah berjalan sekitar 10 menit akhirnya sampailah di hawa mahal, istana yang memiliki seribu jendela. Bangunan ini sangat menarik, tinggi, dan berwarna merah cerah. Saya senang sekali bisa melihat secara langsung. Betapa hebatnya orang-orang india ini, bisa membuat bangunan begitu bagus dan bertahan lama.



Masih pagi, belum banyak turis di sekitar hawa mahal. Saya hanya melihat serombongan anak muda yang membawa kamera DSLR. Mungkin mereka masuk dalam klub fotografi di kampus atau di kantor.. entahlah. Hanya menduga-duga.

Saya mencoba mendekat ke hawa mahal, bangun ini tinggii sekali, seperti gedung-gedung, namun hanya berupa tempok saja dengan jendela yang jumlahnya banyaak sekali. Mungkin ratusan..







Pemandangan kagum saya pada hawa mahal berubah menjadi rasa iba, begitu melihat jejeran tuna wisma yang diantaranya ada anak-anak kecil, tidur diemperan hawa mahal. Saya berusaha mendekat dan memperjelas. Haduh... posisi tidur di anak ini begitu menyedihkan dan mengundang pelecehan seksual, rasanya mau saya gendong saja anak anak itu dan bawa pergi. Sedih dan miris...


Kemiskinan di India memang parah, negara ini pernah menjadi negara paling miskin di dunia menurut bank dunia. Sekarang posisi ini telah digantikan oleh Nigeria, salah satu negara miskin di Afrika . India jadi salah satu negara yang berhasil mengurangi kemiskinan. Menurut laporan world poverty clock, jumlah orang miskin di Nigeria mencapai 87 juta orang, sedangkan di India mencapai 73 juta orang dari 1,3 miliar penduduknya atau lebih dari setengah penduduk India hidup di bawah garis kemiskinan. Maka tak heran, bila kita traveling ke negeri ini banyak ditemukan tuna wisma serta anak-anak berkeliaran di jalan dan lampu merah untuk meminta uang kepada para pengendara.

Selesai memotret secukupnya, saya kembali menyusuri jalan hawa mahal dan menuju pintu gerbang kota yang unik dan menarik perhatian. Saya sengaja mengikuti anak-anak muda yang sedang asyik motret ini dengan harapan kalau ada apa-apa mereka bisa bantu. Keliatannya sih mereka baik.



Masuk ke pintu gerbang kota, saya menjumpai seperti alun-alun di kota Yogyakarta. Tapi ini kondisinya beda...terlihat kumuh, kotor dan bau pesing. Saya juga menjumpai beberapa sapi asik makan sampah. Di kiri dan kanan tembok atau benteng pemisah banyak tuna wisma, sebagian masih tidur dan sebagian sudah bangun. seorang ibu terlihat mencuci pakaian di trotoar. Bayangkan, di trotoar jalan. Sebagian lain hanya duduk-duduk di trotoar memakai sari.



Sedang asyik motret seorang bapak, segerombolan laki-laki mendekati saya, mulai gelisah dan siap-siap kabur. Sekilas saya melihat mereka senyum-senyum sambil bersedekap dan bilang "namaste.. namaste"




Saat itu juga saya langsung pergi tanpa melihat mereka, mungkin setengah berlari. Saya putuskan kembali ke penginapan.



Siang, jam 14.00 wib suami ngajak keluar, akhirnya saya putuskan ke amber fort. Benteng di pinggiran Jaipur, tapi kalau dari pink city mungkin hanya 15 menit naik tuk-tuk. Tukang tuk-tuk di sini gak semua bisa bahasa inggris, untung aja ada warga yang membantu. Kita kena biaya 150 rupee atau sekitar 35 ribuan. Dalam perjalanan ke Amber Fort kami melewati Jal mahal, Istana yang berada di tengah danau.



Amber fort sungguh gagah dari kejauhan, benteng besar ini dikelilingi hutan dan danau. Tapi saat musim panas seperti ini, danau disekeliling benteng kering kerontang. Hutan-pun berwarna coklat dan daunnya diselimuti debu. Untuk masuk ke benteng kita harus berjalan menanjak. Biasanya ada gajah tunggangan di sini, Tapi di tengah terik panas tak satupun yang tampak.

Saya sudah kelelahan dan dehidrasi  sampai pintu benteng, suhu saat itu sekitar 47-48 derajat celcius. Saya yang sedang gak puasa langsung minum sebanyak banyaknya, mengurangi pusing dan rasa pahit di tenggorokan.





Panasnya membuat kami gak terlalu minat keliling benteng. Kami hanya duduk dan istirahat menunggu badan pulih. Apalagi suami lagi puasa... Gak lama, kami memutuskan balik ke penginapan. Udaranya sudah gak sehat, bahkan angin yang bertiup terasa panas membakar kulit.



Sore sekitar pukul 5 saya keluar penginapan dan mencari bukaan puasa untuk suami. Suasana ramai dan saya pikir aman, sekaligus mau mampir ke City Palace. Setelah sampai, ternyata city palace sudah saya datangi pagi tadi. Tapi mengapa suasana sekitar kotor sekali ya dan tak terawat. Padahal ini tempat wisata dan banyak turis asing.







Malamnya kami memutuskan langsung ke Agra naik bus malam untuk melihat Taj Mahal. Rasanya Jaipur dengan gedung-gedung yang indah ini membuat hati saya tak tenang. Pemandangan anak-anak tuna wisma terus mengusik saya...

-Sarie-

liburansari

5 komentar:

  1. Baguuus sekali. Kentara sekali sisi human interestya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pak Sugeng. Saya sudah siap mau baca blog bapak juga nih..

      Hapus

Instagram